Pages

Pesan Penulis

Sabtu, 28 November 2009

MALAPETAKA KRISIS KAPITALISME

Gonjang-ganjing krisis finansial yang melanda Amerika Serikat merupakan sebuah fenomena luar biasa, karena AS sebagai Negara Industri Utama sekaligus sebagai pusat dari pada Kapitalisme Global tentu saja mempunyai pengaruh yang cukup besar ketika terjadi krisis didalamnya. Peristiwa ini seolah-olah baru nampak di permukaan, padahal geliat dari kerusakan tata ekonomi kapitalisme yang sangat liberal ini sebenarnya sudah lama terjadi, itulah yang disebut “Kapitalisme Rentan Dengan Krisis”

Krisis dalam tubuh kapitalisme tentu saja menjadi keniscayaan yang akan selalu dijumpai dalam setiap perkembangannya, hal ini Karena disebabkan oleh karakter dasarnya yaitu ; eksploitasi, ekspansi dan akumulasi. Ketiga point inilah yang sebenarnya menyebabkan terjadinya “Gelembung ekonomi”, sehingga terjadi monopoli capital. Krisis saat ini begitu cepat merambat kebanyak negara karena akibat terkoneksinya tata ekonomi global (Neo Liberalisme). Sehingga jika terjadi krisis disuatu Negara pusat kapitalisme maka juga berpengaruh dengan Negara lain.

Krisis di AS saat ini merupakan rangkaian dari krisis panjang sebelumnya semisal yang pernah terjadi pada Dot Com dan Enron. Tragedy ini akhirnya merubah kebijakan ekonomi AS, dengan menurunkan suku bunga dan itu tidak mampu mendorong pertumbuhan sector riil secara maksimal tapi yang tumbuh diantaranya sector perumahan. Efeknya kemudian berdampak pada menurunnya tingkat daya beli masyarakat AS dan semakin banyak orang di AS yang tidak masuk dalam ratting prime ( orang yang mampu hidup layak di AS ). Orang-orang yang tidak prime (Sub prime) inilah yang akhirnya di beri kredit perumahan pada tahun 2000-an yang menyebabkan gagal bayar pada saat bunga bank tinggi. Ketika orang tidak mampu bayar kredit perumahan maka Resiko gagal bayar yang di berikan pada orang yang kredit rumah ini di asuransikan dan asuransi itu mengasuransikan lagi pada perusahaan lain dan perusahaan itu bisa mengasuransikan lagi pada bank sehingga semua perusahaan tersebut jatuh, akhirnya kolaps, Ini menunjukan bahwa krisis ini di sebabkan oleh over produksi dan monopoli kapital.

Krisis di Amerika Serikat telah menular ke Eropa dan banyak Negara lainnya. Pemerintah di sejumlah negara di Eropa terpaksa melakukan aksi penyelamatan lembaga-lembaga keuangan untuk mencegah kejatuhan yang lebih buruk. Pemerintah Inggris, Jerman, Belgia dan sejumlah negara Eropa lain terpaksa menyuntikkan miliaran dolar untuk lembaga keuangannya. Langkah itu mengikuti langkah penyelamatan senilai US$ 700 miliar yang diumumkan pemerintah AS. Langkah penyelamatan yang dikonsep ini dalam pandangan mereka untuk menghindarkan AS dari krisis terburuk sejak peristiwa Great Depresion era 1930-an silam. Langkah penyelamatan terbesar juga dilakukan oleh trio Belanda, Belgia dan Luxemburg yang menyuntikkan EUR 11,2 miliar atau setara dengan US$ 16,4 miliar untuk Fortis Group. Penyelamatan Fortis dilakukan setelah ada pembicaraan darurat dengan Gubernur Bank Sentral Eropa Jean Claude Trichet.

Di Inggris, pemerintah terpaksa melakukan buy back sebagian dari aset Bradford & Bingley untuk menghindari kerusakan sistemik. Sebagian aset dari B&B juga dijual kepada bank Spanyol, Santander. Tindakan ini merupakan kelanjutan dari pengambilalihan HBOS dan buy back terhadap Northern Rock pada bulan februari lalu. Pemerintah Jerman dan konsorsium bank juga harus menyediakan US$ 51,2 miliar dalam bentuk jaminan kredit kepada Hypo Real Estate. Islandia pun harus melakukan langkah serupa. Pemerintah Islandia akhirnya mengambil alih 75 % saham dari bank terbesar ketiganya yaitu Glitnir. Semua langkah penyelamatan ini belum termasuk miliaran dolar uang yang digelontorkan bank sentral di Eropa untuk mencegah keringnya likuiditas.
Ditengah semua kekisruhan tersebut, bursa-bursa dunia berjatuhan lagi. Bailout oleh pemerintah di Eropa memberikan petunjuk penting bahwa gejolak krisis yang bermula dari AS kini jelas sekali sudah menjadi masalah global.

Artinya krisis saat ini telah menimbulkan kepanikan banyak kalangan pemerintah khususnya di Negara-negara industri utama, hal ini secara tidak langsung menunjukkan tidak konsistennya mereka terhadap system Kapitalisme-Neoliberal, padahal Negara semacam Inggris dan AS adalah yang pertama kali mempelopori system Neoliberalisme dengan gebrakannya melakukan privatisasi terhadap asset-aset BUMN, tapi ketika sekarang dilanda krisis akhirnya merekapun melakukan aksi buy back sebagai salah satu langkah penyelamatan. Nah saat ini juga mulai muncul kritik dari banyak kalangan seperti lontaran PM.Kevin Rudd yang notabene berhaluan Sosdem "Apa yang kita saksikan saat ini adalah kegagalan komprehensif kapitalisme ekstrem, Kapitalisme ekstrem kini berbalik ke pemerintah untuk mencegah terjadinya kegagalan sistemik". Orang semacam Kevin Rudd inilah yang sebenarnya juga akan memberikan ilusi baru atas gagalnya kapitalisme-Neoliberal dan selanjutnya akan mengambil jalan yang cukup moderat. Padahal dalam keyakinan gerakan kita bahwa anti tesis dari kapitalisme adalah Sosialisme, namun persoalannya walaupun saat ini banyak kalangan yang mulai ragu dengan kapitalisme tapi juga tidak sedikit yang belum yakin dengan Sosialisme, tindakan selanjutnya adalah bagaimana menurunkan strategi dan taktik untuk memajukan tahapan menuju sosialisme secara lebih kongkrit. Setidaknya dalam setiap fase kebuntuan dan krisis kapitalisme selalu memunculkan perdebatan secara ideologis dari banyak kalangan.

Selanjutnya dampak yang cukup nyata dari krisis ini adalah maraknya PHK massal oleh perusahaan di banyak Negara terutama Negara-negara industri utama semacam AS dan Negara - negara di eropa, seperti yang di alami oleh perusahaan-perusahaan otomotif. Karena mayoritas perusahaan – perusahaan besar tentu saja mereka melakukan listing penjualan saham di bursa saham sehingga ketika terjadi krisis financial pasti terkena dampak yang luar biasa yang berakibat pada ambruknya pasar saham saat ini. Tentu saja tren semacam ini juga akan terjadi di banyak Negara-negara berkembang semacam Indonesia.

Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian nasional di Indonesia? Pastinya kita memahami bahwa ekonomi indonesia adalah ekonomi yang sangat keropos karena mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap negara-negara maju yang kapitalistik. Produk-produk Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri, sehingga pangsa pasarnya tidak akan mampu bersaing dengan pangsa pasar luar negeri. Selain itu indonesia bakal terhambat pasar eksportnya yang selama ini banyak ditujukan ke Eropa dan AS, karena daya beli masyarakat di sana juga sudah pasti mengalami penurunan.

Lantas apa langkah yang di ambil oleh pemerintah Indonesia saat ini? Pemerintah justru melakukan dorongan untuk mencari pangsa pasar ke negara lain di luar Eropa dan AS, padahal jelas hal ini tidak akan menjawab persoalan. Karena semua negara juga akan berpikiran sama dan siapa yang sesungguhnya hendak dijadikan pasar bagi negara-negara lain adalah justru Indonesia, karena indonesia di anggap mempunyai potensi pasar yang cukup besar. Kebijakan lain yang keliru adalah ketika pemerintah justru menaikkan suku bunga BI disaat suku bunga Bank-Bank sentral di eropa, AS dan negara-negara lain diturunkan. Selain itu pemerintah juga melakukan penjaminan terhadap nasabah yang mempunyai simpanan di Bank sampai maksimal 2 milyar, padahal yang mempunyai simpanan di Bank hingga mencapai nilai 2 milyar tentu saja hanya orang-orang kaya, hal ini bisa kita simpulkan bahwa pemerintah selalu mengutamakan perlindungan kepada klas pemilik modal. Tidak hanya itu, ditengah-tengah situasi krisis pemerintah hanya sibuk memikirkan penyelamatan sektor finansial saja dengan langkah mengeluarkan regulasi semacam Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, dan sebaliknya tidak mengupayakan kebijakan untuk penyelamatan sektor riil.

Yang pasti dampak krisis saat ini akan lebih hebat dibandingkan dengan krisis 1997 / 98, mengapa? Karena krisis saat ini diawali dari kerusakan di jantung kapitalisme-Neoliberal yaitu AS, sehingga banyak negara akan mengalami guncangan yang jauh lebih hebat. Sikap pemerintah indonesia yang memandang krisis ini tidak akan separah krisis 1997 / 98 adalah bentuk kebodohan dan seolah-olah hanya untuk menenangkan kepanikan semua kalangan saja. Pertanyaan selanjutnya, apakah krisis ekonomi saat ini akan segera melahirkan krisis politik? Tentu saja hal ini tergantung dengan kekuatan dan kesiapan gerakan rakyat yang hendak mewujudkan cita-cita sejatinya yaitu Sosialisme. Jikalau gerakan rakyat sanggup merongrong rezim borjuasi saat ini dengan desakan tuntutan serta program-program strategisnya maka hal ini akan menggiring krisis ekonomi menuju krisis politik.

Bagaimanakah strategi dan taktik yang harus kita persiapkan? Organisasi kita tentu saja mempunyai pandangan dasar dan garis politik yang akan memandu gerakan rakyat dalam memajukan langkah-langkah untuk melaksanakan perjuangan Pembebasan Nasional Melawan Imperialisme. Program strategis itu adalah ; (a). Laksanakan Reforma agraria Sejati, (b). Nasionalisasi Aset-aset penting (semacam pertambangan dll) di bawah kontrol rakyat, (c). Bangun Industrialisasi Nasional yang mandiri. Selanjutnya kita sebagai kekuatan gerakan juga harus jeli melihat persoalan sosial-ekonomi ditingkatan rakyat saat ini yang niscaya akan bertambah parah dengan situasi krisis, nah persoalan-persoalan inilah (sosial-ekonomi) yang akan bersinergi dengan program-program strategis diatas dan harus segera kita kampanyekan sebagai tuntutan-tuntutan demokratis dari semua kekuatan gerakan rakyat yang dimotori oleh klas buruh dan tani, tentu saja juga harus didukung oleh kekuatan sosial lainnya yang bersepakat dengan perjuangan pembebasan nasional.

Karena sesungguhnya dalam tekanan krisis kapitalisme saat ini tentu saja akan banyak memproduksi persolan-persoalan sosial ekonomi diseluruh lini sektor rakyat, hal inilah sebenarnya yang akan kita gunakan sebagai pemantik dan hendak kita majukan sebagai potensi pengorganisiran dan kekuatan mobilisasi aksi-aksi massa yang disatukan melalui wadah persatuan gerakan yang terpimpin secara programatik. Sehingga ketika dihadapkan pada situasi krisis politik bakal menimbulkan kontradiksi antara klas pekerja dengan klas borjuasi yang hari ini berkuasa. Itulah yang harus berbeda dengan situasi krisis politik 1998 yang hanya menimbulkan kontradiksi diinternal kekuatan borjuasinya, sehingga ketika kekuasaan orde baru tumbang justru ruang-ruang kekuasaan politik republik ini di ambil alih oleh kekuatan borjuasi yang lain, itulah refleksi atas peranan kekuatan gerakan rakyat dalam menghadapi krisis politik 1998, yang kedepannya jikalau terjadi krisis politik maka kekuatan gerakan rakyat lah yang harus berkuasa untuk mewujudkan masyarakat yang berhari depan Sosialisme...!


(zapra_23@yahoo.co.id)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar anda Mengenai Isi mengenai Blog ini.

My is Me